Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa suatu hari saat Rasulullah sedang berada di masjid, datang seorang lelaki yang meminta-minta kepada beliau. Sebelum memberi, Rasulullah menanyakan kepadanya barang apa yang dimilikinya di rumah. Dia menjawab, dia mempunyai secarik permadani tua (hambal) untuk alas tidur dan sebuah teko. Rasulullah pun memerintahkannya untuk mengambil teko dan membawanya ke masjid. Setelah datang kembali, Rasulullah menawarkan teko tersebut kepada jama’ah yang lain. Seorang jama’ah akhirnya membelinya seharga 2 dirham. Rasulullah menyerahkan uang tersebut seraya berpesan : satu dirham untuk membeli makanan dan satu dirham lainnya untuk membeli kapak & menyuruhnya mencari nafkah dengan kapak itu.
Kisah ini memberi banyak pelajaran bagi kita. Dalam pandangan kita, orang tersebut memang layak meminta-minta. Tetapi Rasulullah lebih suka menyuruhnya bekerja ketimbang sekedar memberinya makanan. Bekerja adalah hal yang sangat mulia dalam Islam. Islam melarang seseorang meminta-minta, bahkan sebuah hadist menyebutkan bahwa seorang yang tidak layak tapi meminta-minta di hari akhir nanti dibangkitkan tanpa daging. Sayangnya hadist ini tidak terlalu populer. Sehingga sebagian besar dari kita lebih suka meminta-minta meskipun telah berkecukupan, bahkan berlebihan.
Islam begitu keras mendorong manusia untuk bekerja. Dengan bekerja manusia menjemput rizki yang telah disediakanNya. Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik rizki adalah yang berasal dari hasil tangannya sendiri (HR Abu Dawud). Kemampuan menafkahi diri sendiri membuat seseorang tidak tergantung atau menjadi beban orang lain. Artinya dia berdiri tegak penuh kemuliaan di hadapan sesamanya.
Selain menjemput rizki, bekerja sejatinya adalah melaksanakan amanah Allah saat penciptaan kita. Ingatkah kita ketika Allah mengumumkan bahwa ”Aku akan menciptakan khalifah di bumi” ? Saat itu penghuni langit pun terhenyak ketika tahu bahwa manusialah yang ditugaskan Allah menjadi khalifah atau wakilNya untuk mengatur bumi. Sehingga iblis yang merasa bahan dasarnya penciptaannya lebih mulia dari manusia pun enggan mengakui kekhalifahan manusia.
Sebagai khalifah, manusia harus bekerja keras menjaga, memelihara dan memakmurkan bumi. Saat manusia malas dan melalaikan tugasnya hancurlah bumi yang indah ini. Begitu pentingnya kerja bagi kemakmuran bumi, Allah menjanjikan begitu banyak iming-iming agar manusia mau bekerja. Salah satu pahala yang dijanjikanNya adalah menghapus dosa. Ini disampaikan oleh Rasulullah dalam hadist riwayat Ahmad dan hadist riwayat Tabrani sbb :
“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni.” [HR. Ahmad]
“Sesungguhnya, di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh pahala shalat, sedekah (zakat), ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencari nafkah penghidupan.” [HR. Tabrani]
Meski meyakini firman Allah dan sabda Rasulullah, terkadang muncul perasaan sia-sia, untuk apa kita bekerja keras, ketika kita tidak mendapatkan apresiasi dari atasan maupun dari orang-orang sekitar. Jangan bersedih. Yakinkan bahwa Allah tidak tidur, Dia tetap melihat dan suatu saat akan memperlihatkan hasil kerja kita, seperti yang dijanjikanNya:
”Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At-Taubah : 105).
Seharusnya tanpa iming-iming pun kita wajib bekerja. Karena kerja adalah perwujudan rasa syukur (QS Saba : 13). Dengan begitu melimpahnya nikmat yang diberikan Allah kepada kita, tidakkah sepantasnya jika kita bersyukur. Dan jika diperintahkan untuk menampakkan rasa syukur itu dengan bekerja, tidakkah kita malu jika bermalas-malasan atau bekerja sekedarnya?.
Seseorang menjadi pribadi yang mulia adalah saat dia hidup dari hasil tangannya sendiri; ketika tangannya selalu berada di atas; sewaktu dia menjalankan amanah kekhalifahannya, juga pada saat dia selalu bersyukur. Dan itu semua dapat diraih dengan bekerja! Ingin menjadi pribadi mulia? Bekerjalah!