Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, sebentar lagi Ramadhan ya, Mak? tanya Ujang kepada ibunya yang sedang memilah-milah bekas kardus. Bocah 9 tahun itu selalu antusias menunggu Ramadhan. Baginya Ramadhan adalah saat istimewa, selingan membahagiakan di tengah hari-harinya yang sulit. Setiap hari bocah pemulung ini harus berjuang keras mengisi perutnya yang selalu keroncongan. Di hari biasa, makan sehari sekali sudah merupakan kemewahan baginya. Tapi di Ramadhan, nasibnya sedikit membaik. Dia bisa makan dua kali sehari - saat buka dan sahur- dengan nasi kotak berlauk ayam atau telur dari mushola atau masjid yang dilewatinya saat memulung. Selain itu, jika di hari biasa dia harus bersusah payah menahan liur saat melihat orang lahap makan siang di warung, di bulan puasa siksaan itu hilang. Karena sebagian besar orang berpuasa. Selama Ramadhan, Ujang juga merasa tiba-tiba semua orang menjadi baik kepadanya. Tak terduga, dia sering mendapatkan kolak, kue-kue mahal, uang, pakaian bekas bahkan sarung dan baju koko baru dari seseorang. “Seandainya setiap hari adalah Ramadhan, ya Mak..,” ucapnya penuh harap.
Ujang tak salah berharap. Ramadhan memang penuh berkah. Tak hanya bagi Ujang, tapi bagi kita semua. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi setiap kebaikan yang dilakukan selama Ramadhan. Dan kita, yang masih haus pahala, yang masih menghitung untung rugi, tiba-tiba menjadi lebih baik. Berpuasa, sholat berjamaah, tarawih, membaca Al Qur’an, lebih dermawan dan sebagainya kita lakukan untuk mendapatkan pahala dan hadiah dari Allah berupa ampunan dan pembebasan dari api neraka. Amalan itu tentu saja sangat terpuji. Tapi, misalkan Allah tidak menjamin pahala yang berlimpah di bulan mulia itu, masihkah kita beramal baik? Haruskah kita menunggu Ramadhan untuk menghilangkan rasa lapar si Ujang? Lupakah kita saat Allah berfirman dalam hadist Qudsi : “Hai anak Adam, Aku minta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi makanan kepadaKu? “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi makan kepadaMu, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman, “hambaKu lapar kenapa kau tidak memberinya makan? Sesungguhnya seandainya engkau memberikan makanan kepadanya niscaya engkau menjumpaiKu.”
Ya Allah, ampunilah kami. Kalau kami beramal hanya untuk kepentingan kami sendiri. Ternyata kami masih lebih cinta diri kami sendiri dibandingkan dengan cinta kepadaMu. Ya Allah, tanpa cinta dan rahmatMu sungguh kami adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.
Senin, 11 Agustus 2008
Jumat, 08 Agustus 2008
Resep Sukses Ali Imran 133-134.
”Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang yang berinfak di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang menahan marahnya dan orang-orang yang memaafkan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan ”(QS Ali Imran 133-134).
Taqwa ditafsirkan dengan banyak aspek salah satunya adalah sukses. Agar menjadi orang-orang yang sukses, Allah menunjukkan kiat-kiatnya. Pertama, berinfak di waktu lapang dan sempit. Rasulullah menginfakkan seluruh miliknya, mulai harta kekayaannya yang berlimpah saat belum menjadi Rasulullah sampai beberapa biji kurma saat beliau menjadi Rasul dan memilih hidup seadanya. Khulafaurrasyidin dan para sahabatnya juga sangat pemurah. Begitu juga para tabiin dan ulama-ulama terkemuka setelahnya. Tak heran jika njejak kesuksesan mereka terekam sampai sekarang.
Saat ini gelombang berinfak juga menjadi gaya hidup kaum sukses dan orang-orang terkaya dunia. Orang-orang multi triliunan itu sejak lama percaya dan mengamalkan rahasia berinfak. Mereka membuktikan setiap dollar yang disumbangkan untuk kemanusiaan akhirnya kembali ke mereka ratusan atau ribuan kali .
Mengapa harus berinfak di saat lapang dan sempit? Karena memberi bukan soal harta.
Memberi adalah masalah hati: perasaan berkecukupan, berkelebihan dan membagikan perasaan berkelebihan itu. Bagi yang berhati kaya memberi sangatlah mudah dilakukan, meskipun dirinya masih sangat memerlukan harta. Sebaliknya bagi yang bermental miskin, kekayaan sebesar apapun hanya akan membuatnya merasa semakin miskin. Dan jika orang-orang kaya tingkat dunia percaya dan membuktikan bahwa ”memberi” merupakan cara investasi yang tidak pernah rugi, maka bagi yang modalnya terbatas silahkan berinvestasi dengan cara ini.
Syarat sukses yang kedua adalah, mengendalikan marah. Mengendalikan marah menunjukkan kualitas kecerdasan emosional yang dipercaya menentukan kesuksesan seseeorang. 1500 tahun sebelum Daniel Goleman (1995) menetapkan bahwa kesuksesan 80% ditentukan oleh EQ, di Al Qur’an sudah tertulis banyak ayat yang menjelaskan keutamaan mengendalikan marah. Rasulullah juga telah mengajarkan dan mencontohkannya pentingnya kecerdasan emosional. Rasulullah merasa tidak perlu marah ketika seorang Yahudi tua meludahinya, karena tahu dakwah secara lembut lebih efektif bagi Yahudi tua itu. Mengapa mengendalikan marah bisa menyebabkan kesuksesan? Karena kemarahan bisa menghancurkan hubungan yang terbina selama bertahun-tahun. Kemarahan sering membuat seseorang tidak berpikir dan bertindak benar, sehingga menghancurkan jalan sukses yang sekian lama dibangun.
Ketiga, memaafkan orang lain. Menyimpan rasa sakit di hati adalah sumber penyakit dan kegagalan hidup. Ibarat memasang rem tangan, mobil tidak bisa bergerak meskipun gas ditekan sekuat mungkin. Trauma dan sakit hati menghambat seseorang untuk hidup sukses dan bahagia. Berbagai riset menyimpulkan bahwa memaafkan terbukti secara klinis meningkatkan kesehatan emosi dan fisik penderitanya. Memaafkan adalah tindakan seseorang yang menolak untuk menjadi korban dari rasa dendam dan bencinya. Bagi banyak orang memaafkan dianggap menguntungkan orang lain. Padahal, memaafkan itu justru menyelamatkan diri sendiri dan tidak membiarkan luka yang dibuat orang lain terus menerus melukai hati. Membenci dan mendendam tidak akan mengarahkan kepada sukses, karena seluruh pikiran dan emosinya bukannya digunakan untuk fokus pada perbaikan hidup, justru dijajah oleh rasa sakit hati. Orang yang tidak bisa memaafkan dan tetap dendam ibarat meminum racun tetapi menyuruh orang lain (orang yang membuatnya dendam) mati. Sungguh ironis bukan?
Keempat, selalu melakukan kebaikan. Kebaikan mengundang kebaikan (QS Ar Rahman : 60). Ketika Allah menyenangi orang-orang yang berbuat baik, maka seisi alam raya pun termasuk manusia akan menyenanginya. Sehingga seisi alam rayapun – atas kehendak Allah- berkonspirasi untuk mewujudkan kesuksesan baginya.
Selasa, 05 Agustus 2008
Kisah Wortel, Telur dan Kopi.
Hampir setiap hari saya mendengar keluhan, baik secara langsung, lewat telepon, sms atau juga surat dan proposal. Kelaparan, terusir dari kontrakan, tunggakan uang sekolah, bayi yang disandera RS, jeratan hutang, belitan penyakit dan beragam masalah sosial yang diajukan untuk sekedar mendapatkan penyaluran ZIS yang tidak seberapa. Kepedihan dan kesulitan hidup yang dialami sebagian saudara-saudara kita itu mau tidak mau telah mempengaruhi saya. Efek positifnya, membuat saya tak henti-hentinya mengucap rasa syukur karena tidak mengalami kepahitan semacam itu (meskipun saya juga merasa berdosa kok merasa bersyukur di tengah penderitaan orang). Efek negatifnya lebih banyak : selain menyedot emosi, menimbulkan kekhawatiran -jangan-jangan suatu saat saya juga mengalami- , menimbulkan perasaan tak berdaya karena tidak bisa mengatasi masalah mereka, dan yang paling parah adalah rasa pesimis -kapan penderitaan bangsa ini akan berakhir?. Dana ZIS yang terbatas memang sedikit membantu, tapi sangat tak memadai untuk menghilangkan kesulitan mereka. Setidaknya saat ini, sebelum setiap orang di seluruh peelosok negeri ini mau berzakat (bagi yang wajib) dan berinfak. Termasuk pemerintah yang mau berinfak dengan kebijakan dan peraturan perundangannya untuk berpihak pada masyarakat banyak. Jadi yang lebih banyak kami berikan adalah nasehat kesabaran, ketabahan dan motivasi untuk hidup lebih baik serta rahasia sukses tokoh-tokoh dunia. Salah satu motivasi saya dapatkan dari buku Emotional Quality Management (EQM) tulisan Anthony Dio Martin sbb :
"Alkisah ada seorang anak yang hampir putus asa menghadapi kesulitan hidupnya. Hidup terasa sangat keras dan kejam. Kerja kerasnya tiap hari tak mampu melepaskan dirinya dari beratnya beban hidup yang ditanggungnya. Kelaparan, kedinginan, hinaan, sindiran dan berbagai kesulitan lain membuatnya gelap mata. Dalam kondisi yang hampir tak tertahankan, si anak mengadu kepada ayahnya. Sang ayah, yang kebetulan seorang koki, mengajak si anak ke dapur dan menyiapkan tiga tungku dan tiga panci untuk merebus air. Setelah air mendidih, ke dalam panci pertama, sang ayah memasukkan wortel, telur di panci kedua dan kopi di panci ketiga. Berikutnya mereka duduk dan mengamati proses perebusan tersebut. Si anak mulai tidak sabar. Setengah jam kemudian, sang ayah mematikan tungku dan meminta anaknya mengambil dan memasukkan wortel, telur dan kopi ke dalam mangkuk. ”Nak, apa yang kamu lihat?’ Tanya sang ayah. ”Wortel, telur dan kopi,” jawab anaknya. Dengan tersenyum sang ayah meminta anaknya memegang ketiga benda tersebut. Mula-mula wortel, yang kini telah menjadi lembut. Lalu telur, yang justru menjadi keras. Dan kopi, yang telah bercampur dengan air. Setelah melakukan apa yang diminta ayahnya, sang anak bertanya, ”apa artinya semua ini, Yah? Ayahnya menjelaskan bahwa ketiga benda tersebut merasakan kesulitan yang sama : air mendidih. Tapi hasilnya sungguh sangat berbeda. Wortel yang awalnya keras, setelah direbus menjadi lembek dan lunak. Sebaliknya telur, yang semula cair justru berubah menjadi keras. Dan kopi sangatlah istimewa. Alih-alih berubah, kopi justru mewarnai dan mengubah air mendidih menjadi seperti dirinya."
Kesulitan bisa setiap saat datang. Tapi bagaimana kita menghadapi atau akan menjadi apa kita setelah diterjang kesulitan itu, sepenuhnya tergantung kita. Seorang wortel akan patah semangat dan hancur menerima kesukaran dan tantangan. Seorang telur justru menjadi lebih berdaya setelah diterpa kesulitan dan rintangan. Dan kopi, mengubah tantangannya menjadi peluang keberhasilan.
Silahkan memilih, apakah kita mau jadi wortel, telur rebus atau kopi?
Silahkan memilih, apakah kita mau jadi wortel, telur rebus atau kopi?
Merdeka itu Berzakat dan Berinfak
Islam diturunkan untuk memerdekakan manusia. Melalui Islam, manusia terbebas dari penjajahan segala hal termasuk manusia lain, harta benda, keluarga bahkan hawa nafsunya sendiri. Satu-satunya ketundukan manusia hanyalah kepada penciptanya, Allah SWT. Mengapa Allah sampai menurunkan 124 ayat Al Qur’an untuk memerintahkan ZIS, mengiming-imingi pahala dan mengancam orang yang melalaikan? Karena sistem zakat, infak, shadaqah ini adalah instrumen penting untuk menjadikan manusia makhluk yang merdeka.
Saat ini mayoritas saudara kita masih terjajah kemiskinan. Sistem distribusi pendapatan dan aset dari ZIS mestinya dapat menghilangkan atau meniminalkan kemiskinan yang terjadi. Sayangnya, pasca khulafaur rasyidin, sejarah mencatat hanya pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis lah, dana ZIS cukup untuk membebaskan umat dari kemiskinan. Pada masa itu, zakat yang terkumpul telah berlebih bahkan setelah khalifah memerintahkan untuk melunasi hutang para gharimin dan menikahkan para lajang yang sudah saatnya menikah. Mengapa pada masa itu zakat begitu memberdayakan? Tak lain karena keteladanan sang khalifah. Umar bin Abdul Azis membebaskan dirinya dari ikatan harta dengan menginfakkan seluruh hartanya ke Baitul Maal. Teladan yang diikuti seluruh rakyat ini membuktikan bahwa saat setiap orang mau berzakat dan berinfak, maka tidak ada lagi yang perlu menerima.
Kini, saat ZIS jauh dari cukup untuk sekedar melonggarkan jerat kemiskinan, setiap orang berusaha membebaskan dirinya sendiri dengan berbagai macam cara. Padahal, meski Allah memuji orang yang memilih kekayaan akhirat dibandingkan dunia, Allah telah memberikan cara termudah untuk kaya yaitu berzakat dan berinfak. QS Al Baqarah ayat 261 jelas-jelas menyatakan, setiap sen yang diinvestasikan pada zakat dan infak akan mendapatkan hasil mulai dari 70.000% sampai tak terhingga. Jauh diatas hasil investasi di instrumen keuangan apapun.
Banyak yang telah membuktikah kedahsyatan jurus zakat dan infak untuk mengembangkan uang ini. Tak terkecuali orang-orang terkaya dunia yang belum Islam seperti Warren Buffet, Bill Gates, dan para motivator semisal Robert T. Kiyosaki (penulis Rich Dad Poor Dad), John Assaraf (salah satu kontributor buku the Secret), Jack Canfield (penulis Chicken Soup for the Soul) dan sederet nama lainnya pun merekomendasikan menyumbang untuk memancing uang yang lebih besar.
Mengapa berzakat dan berinfak bisa mendongkrak rejeki? Pertama, berzakat dan berinfak berarti membebaskan seseorang dari ikatan hartanya. Berzakat dan berinfak artinya seseorang bukan menjadi budak, tetapi menjadi tuan atas hartanya. Ketika berzakat dan berinfak, seseorang dianggap mampu menundukkan hawa nafsunya untuk memiliki dan menguasai hartanya. Allah memberikan sertifikat kebaikan sempurna bagi manusia yang berhasil memberikan sesuatu yang dicintainya (QS Ali Imran ayat 92). Karena, saat seseorang mampu memberikan yang dicintainya karena Allah, berarti dia hanya tunduk kepada Allah. Dengan ketundukan hanya kepadaNya itu, Allah akan menjadikan mencintainya. Dan sebagaimana seorang kekasih yang selalu diperhatikan keinginannya, menjadi kekasih sang Maha Kaya tentu akan terjamin kebutuhannya.
Kedua, secara sunnatullah (hukum ketertarikan) berzakat dan berinfak akan menumbuhkan perasaan keberlimpahan dan kecukupan hati. Frekwensi keberlimpahan itu akan terpancar ke alam semesta dan sesuai tugasnya alam semesta pun memantulkan kelimpahan dan kecukupan kepada si pengirim frekwensi, orang-orang yang berzakat dan berinfak itu. Artinya, orang yang berzakat dan berinfak akan selalu mendapatkan kembali apa yang diberikannya.
Jadi, jika anda ingin merdeka, berzakat dan berinfaklah. Bagi yang belum kaya, berzakat dan berinfak akan memerdekakan anda dari kemiskinan. Bagi yang sudah kaya, berzakat dan berinfak akan memerdekakan anda dari ikatan harta, dan itu akan membuat anda semakin kaya.Tidak percaya, silahkan coba.
Saat ini mayoritas saudara kita masih terjajah kemiskinan. Sistem distribusi pendapatan dan aset dari ZIS mestinya dapat menghilangkan atau meniminalkan kemiskinan yang terjadi. Sayangnya, pasca khulafaur rasyidin, sejarah mencatat hanya pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis lah, dana ZIS cukup untuk membebaskan umat dari kemiskinan. Pada masa itu, zakat yang terkumpul telah berlebih bahkan setelah khalifah memerintahkan untuk melunasi hutang para gharimin dan menikahkan para lajang yang sudah saatnya menikah. Mengapa pada masa itu zakat begitu memberdayakan? Tak lain karena keteladanan sang khalifah. Umar bin Abdul Azis membebaskan dirinya dari ikatan harta dengan menginfakkan seluruh hartanya ke Baitul Maal. Teladan yang diikuti seluruh rakyat ini membuktikan bahwa saat setiap orang mau berzakat dan berinfak, maka tidak ada lagi yang perlu menerima.
Kini, saat ZIS jauh dari cukup untuk sekedar melonggarkan jerat kemiskinan, setiap orang berusaha membebaskan dirinya sendiri dengan berbagai macam cara. Padahal, meski Allah memuji orang yang memilih kekayaan akhirat dibandingkan dunia, Allah telah memberikan cara termudah untuk kaya yaitu berzakat dan berinfak. QS Al Baqarah ayat 261 jelas-jelas menyatakan, setiap sen yang diinvestasikan pada zakat dan infak akan mendapatkan hasil mulai dari 70.000% sampai tak terhingga. Jauh diatas hasil investasi di instrumen keuangan apapun.
Banyak yang telah membuktikah kedahsyatan jurus zakat dan infak untuk mengembangkan uang ini. Tak terkecuali orang-orang terkaya dunia yang belum Islam seperti Warren Buffet, Bill Gates, dan para motivator semisal Robert T. Kiyosaki (penulis Rich Dad Poor Dad), John Assaraf (salah satu kontributor buku the Secret), Jack Canfield (penulis Chicken Soup for the Soul) dan sederet nama lainnya pun merekomendasikan menyumbang untuk memancing uang yang lebih besar.
Mengapa berzakat dan berinfak bisa mendongkrak rejeki? Pertama, berzakat dan berinfak berarti membebaskan seseorang dari ikatan hartanya. Berzakat dan berinfak artinya seseorang bukan menjadi budak, tetapi menjadi tuan atas hartanya. Ketika berzakat dan berinfak, seseorang dianggap mampu menundukkan hawa nafsunya untuk memiliki dan menguasai hartanya. Allah memberikan sertifikat kebaikan sempurna bagi manusia yang berhasil memberikan sesuatu yang dicintainya (QS Ali Imran ayat 92). Karena, saat seseorang mampu memberikan yang dicintainya karena Allah, berarti dia hanya tunduk kepada Allah. Dengan ketundukan hanya kepadaNya itu, Allah akan menjadikan mencintainya. Dan sebagaimana seorang kekasih yang selalu diperhatikan keinginannya, menjadi kekasih sang Maha Kaya tentu akan terjamin kebutuhannya.
Kedua, secara sunnatullah (hukum ketertarikan) berzakat dan berinfak akan menumbuhkan perasaan keberlimpahan dan kecukupan hati. Frekwensi keberlimpahan itu akan terpancar ke alam semesta dan sesuai tugasnya alam semesta pun memantulkan kelimpahan dan kecukupan kepada si pengirim frekwensi, orang-orang yang berzakat dan berinfak itu. Artinya, orang yang berzakat dan berinfak akan selalu mendapatkan kembali apa yang diberikannya.
Jadi, jika anda ingin merdeka, berzakat dan berinfaklah. Bagi yang belum kaya, berzakat dan berinfak akan memerdekakan anda dari kemiskinan. Bagi yang sudah kaya, berzakat dan berinfak akan memerdekakan anda dari ikatan harta, dan itu akan membuat anda semakin kaya.Tidak percaya, silahkan coba.
Langganan:
Postingan (Atom)