Senin, 11 Agustus 2008

Seandainya Setiap Hari Adalah Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, sebentar lagi Ramadhan ya, Mak? tanya Ujang kepada ibunya yang sedang memilah-milah bekas kardus. Bocah 9 tahun itu selalu antusias menunggu Ramadhan. Baginya Ramadhan adalah saat istimewa, selingan membahagiakan di tengah hari-harinya yang sulit. Setiap hari bocah pemulung ini harus berjuang keras mengisi perutnya yang selalu keroncongan. Di hari biasa, makan sehari sekali sudah merupakan kemewahan baginya. Tapi di Ramadhan, nasibnya sedikit membaik. Dia bisa makan dua kali sehari - saat buka dan sahur- dengan nasi kotak berlauk ayam atau telur dari mushola atau masjid yang dilewatinya saat memulung. Selain itu, jika di hari biasa dia harus bersusah payah menahan liur saat melihat orang lahap makan siang di warung, di bulan puasa siksaan itu hilang. Karena sebagian besar orang berpuasa. Selama Ramadhan, Ujang juga merasa tiba-tiba semua orang menjadi baik kepadanya. Tak terduga, dia sering mendapatkan kolak, kue-kue mahal, uang, pakaian bekas bahkan sarung dan baju koko baru dari seseorang. “Seandainya setiap hari adalah Ramadhan, ya Mak..,” ucapnya penuh harap.

Ujang tak salah berharap. Ramadhan memang penuh berkah. Tak hanya bagi Ujang, tapi bagi kita semua. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi setiap kebaikan yang dilakukan selama Ramadhan. Dan kita, yang masih haus pahala, yang masih menghitung untung rugi, tiba-tiba menjadi lebih baik. Berpuasa, sholat berjamaah, tarawih, membaca Al Qur’an, lebih dermawan dan sebagainya kita lakukan untuk mendapatkan pahala dan hadiah dari Allah berupa ampunan dan pembebasan dari api neraka. Amalan itu tentu saja sangat terpuji. Tapi, misalkan Allah tidak menjamin pahala yang berlimpah di bulan mulia itu, masihkah kita beramal baik? Haruskah kita menunggu Ramadhan untuk menghilangkan rasa lapar si Ujang? Lupakah kita saat Allah berfirman dalam hadist Qudsi : “Hai anak Adam, Aku minta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi makanan kepadaKu? “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi makan kepadaMu, sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta? Allah berfirman, “hambaKu lapar kenapa kau tidak memberinya makan? Sesungguhnya seandainya engkau memberikan makanan kepadanya niscaya engkau menjumpaiKu.”

Ya Allah, ampunilah kami. Kalau kami beramal hanya untuk kepentingan kami sendiri. Ternyata kami masih lebih cinta diri kami sendiri dibandingkan dengan cinta kepadaMu. Ya Allah, tanpa cinta dan rahmatMu sungguh kami adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri.

Tidak ada komentar: