Selasa, 10 Juni 2008

Keberlimpahan

Suatu pagi di hari Minggu, rumah saya kedatangan seorang pedagang penjual kue. Pakaiannya sangat sederhana, sehingga mudah menimbulkan iba. Saya bergegas membeli dagangan ibu itu, dengan harapan segera terbebas dari pandangan mengibakan di depan mata.

Hampir setiap minggu atau hari libur, si ibu tersebut lewat di depan rumah, dan menawarkan dagangannya. Hingga pada suatu hari, sembari menawarkan dagangannya, si ibu bercerita bahwa di suatu petang, di depan rumahnya, tiba-tiba sudah tergeletak sekotak pakaian yang bagus, rapi dan bersih.

Saya bersyukur bahwa akhirnya si ibu bisa memiliki pakaian yang bagus dan baik. Sempat tercetus di pikiran saya bahwa si ibu sangat senang dengan kiriman tak terduga tersebut. Namun belum sempat saya berkomentar, si ibu sudah berujar. “Namun saya sungguh berbahagia, sudah menemukan keluarga yang paling pantas menerima pakaian tersebut.”
Saya tersentak, si ibu memiliki hati yang luar biasa. Seorang pedagang yang sehari-hari berpakaian lusuh ala kadarnya, ternyata memiliki hati yang mulia.. Ibu tua si pedagang, tak memiliki materi, malah baru saja mendapat materi yang selama ini tak dimilikinya. Namun dengan keberlimpahan hatinya, menyerahkan barang berharga tersebut pada orang lain yang lebih membutuhkan.

Masalah memberi bukan terletak pada apakah kita punya keberlimpahan materi atau tidak.Tapi apakah kita punya keberlimpahan hati untuk tetap memberi, apapun juga itu. Sayyidina Ali sekeluarga pernah memberikan roti makanan untuk berbuka puasanya –semuanya- pada peminta-minta yang lewat di depan rumahnya. Ini berlangsung berturut-turut selama tiga hari.

Memberi tak selalu harus berarti keberlimpahan. Keberlimpahan hatilah yang menentukan. Dan memberi pun tak berarti selalu materi. Hanya hati yang berlimpahlah yang dengan gembira bersedia membukakan pintu bagi teman yang tergopoh-gopoh ingin masuk.

Islam mengajarkan bahwa cara termudah dan termurah mengalirkan keberlimpahan kita dengan tersenyum. Jika hari ini Anda belum memberikan keberlimpahan itu pada dunia, mulainya dengan tersenyum.
Cobalah

Tidak ada komentar: