Tahun baru 1430 H bertepatan dengan 2009 M telah berada di depan pelupuk mata. Tahun baru, selalu disambut dengan gempita, diharapkan dapat membawa semangat dan harapan baru. Tahun baru identik dengan resolusi baru. Niat untuk menjadi lebih taat, lebih baik, lebih sukses dan lebih bermanfaat dibandingkan tahun sbelumnya. Agar resolusi ini tak sia-sia seperti tahun ini, ada baiknya kita berhenti sejenak, merenung...
Selain menetapkan resolusi baru, laiknya sebuah usaha, tutup tahun adalah saat menghitung untung rugi. Modal waktu yang diberikan Allah setahun ini telah meraih untung atau justru raib? Untung, jika nilai dan manfaat waktu lebih tinggi dari satuan waktunya. Rugi, jika modal waktu itu terbuang percuma. Bahkan bangkrut jika waktu yang ada terpakai untuk melakukan keburukan yang berdampak jangka panjang. Menghitung untung rugi, itulah tujuan introspeksi.
Menghitung kualitas diri, introspeksi, atau muhasabah sangat dianjurkan Rasulullah SAW. Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’).
Menurut Rasulullah, bermuhasabah adalah ciri orang pandai, dan ujung dari muhasabah yang benar adalah beramal untuk masa depan yang lebih abadi. Jadi introspeksi yang dilakukan bukan sekedar mengukur seberapa tinggi karir, seberapa besar simpanan di bank, seberapa sukses rumah tangganya. Yang lebih penting, mengukur apakah ujung perjalanan kita nanti sampai di tempat yang diridhoi Nya, surga?
Kesadaran akan ujung perjalanan itu tercermin pada khalifah Umar bin Khattab. Imam Ahmad meriwayatkan, Umar bin Khaththab berkata, "Hisablah dirimu sebelum dihisab. Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari 'aradl (penampakan amal) yang agung."
Muhasabah dapat dilakukan sebelum atau setelah melangkah. Sebelum melangkah, saat pertama keinginan bertindak muncul, timbang dengan tepat : apakah membawa ke tujuan perjalanan kita atau justru menjauh? Setelah melangkah, muhasabah diperlukan untuk melihat adakah kelalaian, kelemahan yang menghambat jalan menujuNya. Dengan muhasabah yang intens dan jujur, kita akan tahu tingkat kesiapan kita menghadapi ujian akhir di yaumil qiyamah.
Tahun baru berarti berkurangnya waktu untuk bersiap menghadapi audit.
Tahun baru berarti saat audit semakin dekat.
Mari menghitung-hitung posisi dan menetapkan target baru agar hasil audit kita layak untuk berada di dekatNya.