Minggu, 01 Februari 2009

Uluran Kasih Untuk Bumi Jihad GAZA : 1 - Catatan Perjalanan ke Gaza, Palestina

Catatan Perjalanan BAZNAS ke Gaza-Palestina

Tragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Gaza telah menyentakkan hati seluruh warga dunia. Rakyat yang hidup tenang di negara kecil warisan leluhurnya tiba-tiba dihujani bom yang menghancurkan bangunan dan perasaan mereka. Tidak hanya bangunan milik pemerintah yang menjadi target empuk penghancuran, tapi juga sekolah, perguruan tinggi, masjid dan perumahan penduduk. Ribuan penduduk menjadi syuhada, darah dan air mata terkuras. namun semangat rakyat Gaza sungguh luar biasa, meski sedih mereka tetap optimis untuk memperjuangkan haknya atas tanah yang telah diwarisinya sejak ribuan tahun lalu..

Keprihatinan dan solidaritas atas penderitaan rakyat Palestina mendorong BAZNAS untuk menggalang kepedulian rakyat Inrdonesia. BAZNAS meluncurkan program Uluran Kasih untuk Palestina, karena yang diperlukan rakyat Palestina adalah rasa kasih dari seluruh warga dunia. Kasih berarti simpati, empati atas penderitaainn rakyat Palestina dan siap mengulurkan tangan untuk membantu mereka. Kasih juga berarti mendukung upaya mereka mempertahankan haknya. Melalui program ini BAZNAS mendapatkan titipan dana untuk membantu meringankan beban rakyat Palestina yang hidup terpenjara seumur hidupnya di tanah kelahirannya.

Awalnya BAZNAS tidak merencanakan perjalanan ini. Rencana semula titipan dana yang diterima dari masyarakat untuk Palestina akan diserahkan kepada Dubes Palestina di Jakarta. Tetapi banyak pihak yang justru ingin BAZNAS menyerahkan langsung kepada pengungsi Palestina di Gaza. Apalagi ada amanah dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada saat tasyakuran milad BAZNAS ke 8 tangal 17 Januari 2009 yang mendukung BAZNAS untuk membantu rakyat Palestina. Akhirnya diputuskan BAZNAS berangkat bersama rombongan Komite Solidaritas Indonesia untuk Palestina (KISPA) dan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Tim BAZNAS yang akan berangkat adalah Pak Basit, alumni Al Azhar Kairo, yang bahasa Arabnya pasti lancar sekaligus diharapkan mempermudah urusan di KBRI Mesir karena sebagian besar staf KBRI adalah teman-teman kuliahnya. Ketika diputuskan perlu satu lagi, secara spontan saya mengajukan diri, alhamdulillah Prof. Didin Hafidhuddin, ketua BAZNAS setuju. Saya yakin berangkat karena ibu, anak-anak dan last but the important things, suami saya mengizinkan (thanks God, telah memberikan saya suami yang selalu mendukung).

Kami semakin mantap untuk mengunjungi Gaza setelah mendengar adanya cerita tentang seorang ulama besar di Mekkah yang bermimpi Rasulullah dalam keadaan marah, mengenakan pakaian untuk bersiap-siap ke Gaza. Mimpi itu menguatkan kami, bahwa perjalanan membantu rakyat Gaza merupakan satu hal yang diinginkan oleh Rasulullah.

Mulailah perizinan diurus. Alhamdulillah, tim BAZNAS yang terdiri dari saya dan Pak Basit serta 3 orang dari KISPA (Ust Ferry Nur, Pak Muhendri dan Pak Okvianto) sejak awal diberi kemudahan yang luar biasa dari Allah. Allah menurunkan malaikatya di pos-pos pengurusan keberangkatan ke Palestina. Sejak dari pengurusan visa ketat Mesir yang akhir-akhir ini agak sulit, terbukti dari teman-teman dari beberapa lembaga yang sudah beberapa hari menunggu visanya belum juga keluar, BAZNAS justru sebaliknya. Dengan calling visa, kami bisa mendapatkan visa dalam waktu sehari. Pemesanan tiket juga mendapatkan pertolongan Allah. Berkat bantuan orang dalam Garuda, tim mendapatkan diskon yang sangat besar untuk penerbangan dari Jakarta ke Jeddah (hanya membayar tax), dan diskon lumayan dari Egypt Air untuk Jeddah- Kairo.

Setelah semua siap, urusan selanjutnya adalah niat. Sejak awal saya mengikhlaskan niat bahwa keberangkatan ini semata-mata untuk menyampaikan amanah masyarakat Indonesia melalui BAZ propinsi, kota/kabupaten dan BAZNAS kepada rakyat Gaza. Kadang terbersit kekhawatiran kalau dicap sok atau nekad, karena saya satu-satunya perempuan dalam tim yang bukan dokter dan tidak didampingi suami. Dua perempuan lainnya adalah dr Prita dari BSMI (istri dr. Basuki Partono, ketua Tim BSMI) dan dr. Nur Farhana dari Mer-C (bersama suaminya dr Abdul Mughni ). Tapi berkali-kali saya pancangkan niat ikhlas lillahi ta’ala, semuanya hanya karena Allah. Dengan mengikhlaskan niat, Bismillah, kami siap untuk kejadian apapun di perjalanan nanti.

...lanjut ke posting selanjutnya


Tidak ada komentar: