Minggu, 01 Februari 2009

10 - Lima hari berbagi Kasih di bumi jihad Gaza : Catatan Perjalanan BAZNAS ke Gaza-Palestina

Kesan lain, tentang anak-anak Gaza. Mereka adalah anak-anak riang, optimis tak terlihat mengidap trauma perang. Mereka sangat suka difoto. Saurin...saurin begitu katanya setiap melihat kami. Di Jabaliyah, saya dikerubuti lebih dari sepuluh anak usia 4-10 tahun yang bolak-balik mengajak salaman dan menginginkan saya mengingat dan menyebut nama-nama mereka. Ahmad, Muhammad, Musa, Abdurrahman dan sebagainya.... mereka sebutkan berulang-ulang sambil menunjuk dirinya. Ketika saya berhasil mengingat nama-nama dan muka-muka mereka yang mirip mereka berebut bersalaman dan bersorak-sorak gembira. Saya terharu, teringat anak-anak saya di rumah yang saat ini sedang tenang belajar, nyaman dan aman tanpa kekhawatiran apapun. Sebaliknya mereka, tetap riang dan semangat meskipun ancaman roket dan bom mengacung kepada mereka.

Subhanallah, ya Allah lindungilah mereka. Mereka anak-anak yang akan melanjutkan perjuangan Palestina.

Semangat anak-anak juga terlihat di tahfidzul Qur’an, bahkan dalam suasana perang pun mereka tidak absen datang menghafal Qur’an. Semangat juga saya temukan pada diri Ahmad Yassin bin Alauddin Yassin. Bocah 5 tahun itu begitu bangga mengenakan kostum mujahid lengkap dengan ikat kepala hijau dan senapan mainan saat mendampingi ayahnya menerima kami.


Kesan berikutnya tentang pejabat Gaza. Di beberapa lembaga, kami menjumpai mereka sebagai orang-orang tawadhu’ yang selalu menjaga wudhu. Di Indonesia menjaga wudhu juga sudah banyak dilakukan masyarakat. Tapi di Gaza yang dingin, tentu tidak mudah untuk selalu menjaga dari dari hadas. Tapi mereka tidak berat melakukan sunnah Rasul tersebut..


Kesan lain, seperti di negara Mesir dan saudi Arabia, softdrink seperti coca cola, pepsi, mirinda dll sangat mudah dijumpai, di warung maupun di jamuan makan. Bahkan pepsi juga terlihat pada sebuah foto pertemuan pejabat Palestina yang dihadiri Syekh Ahmad Yassin. Saya agak heran, mengapa mereka yang benci Amerika dan Israel justru mengkonsumsi produk-produk mereka. Sementara di Indonesia, Malaysia dan negara lain termasuk Afrika Selatan (kata dokter Afsel yang saya temui di RS) sedang dikampainyekan boikot produk Amerika.

Saya sempat bertanya kepada staf UCA tentang hal tersebut dan ternyata jawabannya cukup mengejutkan. Katanya seluruh produk yang kami konsumsi : daging, sayuran, buah-buahan, air kemasan, bahan pangan lainnya, pakaian dan sebagian besar produk berasal dari Israel. Jadi buat kami minum air putih sama saja dengan minum cocacola karena sama-sama produk Israel. Kami tidak punya pilihan. Kami mendukung perjuangan negara-negara muslim melalui boikot produk Amerika, tapi kami berjuang melalui perang dan senjata. O....jadi begitu, saya mulai bisa memahami mereka. Hanya sedikit warga Gaza yang memahami bahasa Inggris (sebagian besar kalangan akademisi) karena mereka begitu benci kepada Amerika sehingga tidak mau mempelajari bahasa mereka.


Tidak ada komentar: