25 Januari 2009
Minggu pagi, jam 7.55 tim BAZNAS dan KISPA bertolak ke Kairo via Jeddah dengan garuda flight GA 984. Rombongan BSMI telah berangkat Sabtu sore ke Kairo dengan SQ. Perjalanan sangat lancar. Fasilitas business class GA 984 membuat perjalanan 9 jam Jakarta-Jeddah terasa nyaman.
Sedikit hal yang agak kami sayangkan, kami tidak bisa membawa bagasi BSMI berisi obat-obatan & peralatan medis karena tidak didukung surat izin & list barang. Untuk Jakarta-Jeddah, mungkin barang-barang tersebut mungkin bisa terbawa. Namun, kami khawatir bagasi tersebut tidak dapat lolos di bandara King Abdul Azis, Jeddah karena pengawasannya yang sangat ketat. Dan ini terbukti, saat transit kami bahkan tidak bisa mengambil bagasi & cek in ke konter Egypt Air. Untuk transit, semuanya diurus oleh petugas bandara. Paspor & tanda terima bagasi diambil petugas yang langsung menghilang entah ke mana hanya dengan janji setelah akan mengembalikan kepada kami setelah urusan beres. Kami cukup cemas dengan kebijakan tersebut. Bayangkan, betapa tidak jelasnya nasib paspor dan barang bagasi kami. Kami hanya bisa berharap dan tawakal serta berpikir positif bahwa Abdullah, si Arab yang satu ini memang menepati janji.
Pemeriksaan penumpang saat masuk ke ruang tunggu transit pun cukup ketat, tak kurang ikat pinggang & sepatu harus dilepas saat memasuki security door. Kami semua deg-degan karena khawatir uang lebih Rp. 3 milyar cash dalam berbagai mata uang (sbgn besar dlm euro & dollar) yang kami bawa berlima menjadi masalah. Saya, bahkan harus menunggu tak kurang 30 menit untuk masuk ke ruang tunggu keberangkatan, karena saat itu tidak ada polisi wanita yang akan memeriksa. Setelah digeledah dan buka-buka baju luar (thanks God, si askarwati kelihatannya tidak mengerti nilai Euro) akhirnya saya lolos pemeriksaan dan bisa masuk ke ruang tunggu keberangkatan King Abdul Azis Airport..
Setelah transit empat jam, kami terbang ke Kairo dengan Egypt Air. Jam 8 malam (jam 1 dinihari waktu Jakarta) kami mendarat di Kairo. Disambut staf KBRI, kami melewati imigrasi Mesir dengan mulus. Akhirnya 17 jam perjalanan kami ke Kairo pun berakhir. Kami menginap Griya Jawa Tengah di hayu Asyer, sebuah wisma milik Pemda Jateng yang dikelola mahasiswa asal Jawa Tengah di Kairo. Wisma dengan 6 kamar seharga USD 15-30 per malam ini cukup bersih dan nyaman. Di griya Jawa Tengah ternyata menginap juga wartawan SCTV, dan pendamping wartawan Kompas di Gaza. Setelah menggali cerita dan mengobrol panjang lebar, saya pun pamit. Tak lama berselang, saya pun terlelap, melewatkan ajakan bu Yuli, staf KBRI, untuk jalan-jalan dan makan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar